Teknologi Komunikasi & Pengaruhnya Terhadap Interaksi
Oleh: Suwardi Lubis
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi komunikasi membawa berbagai konsekuensi dalam kehidupan kita. Selain menghadirkan media baru yang menciptakan kemudahan dan meniadakan batas antara ruang dan waktu, tidak disangsikan lagi, terjadi perubahan model komunikasi yang pada akhirnya mengubah lifestyle atau gaya hidup masyarakat.
Seiring dengan semakin dominannya peran media di tengah kita, dapat dilihat secara kasat mata bahwa perubahan gaya hidup yang terjadi tidak hanya berlaku di kalangan dewasa. Begitu hebatnya penetrasi teknologi komunikasi, sehingga anak-anak generasi sekarang pun memiliki budaya dan gaya hidup yang sangat berbeda dibandingkan dengan orangtuanya.
Kehadiran teknologi komunikasi yang begitu berkembang merambah hingga ke pelosok dunia dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri. David Holmes dalam buku Rulli Nasrullah berjudul Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber menyebutkan bahwa setiap harinya individu selalu bersentuhan dengan teknologi dan pada kenyataannya saat ini kita hidup dalam masyarakat informasi. Ciri khas masyarakat informasi menurut Holmes adalah tidak hanya bersentuhan dengan teknologi informasi an sich, melainkan juga menggunakan teknologi komunikasi itu untuk keperluan yang beragam. Bahkan teknologi komunikasi dan informasi menjadi fenomenal dan pada level tertentu merubah cara pandang individu terhadap “objek” yang pada akhirnya akan membawa perubahan rasa pula terhadap objek dan saat relasi itu terbangun.[1]
Apa yang disebutkan Holmes ternyata terbukti saat ini. Proses interaksi yang dilakukan manusia tidak lagi mengandalkan proses interaksi face to face, melainkan sudah memanfaatkan teknologi komunikasi dalam setiap interaksi. Hal ini menandakan bahwa perkembangan teknologi komunikasi sudah membawa perubahan yang begitu dahsyat dalam proses interaksi manusia selama ini. Bahkan lebih daripada itu, kehadiran teknologi komunikasi dan informasi justru menjadi pola dan gaya hidup baru manusia.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana teknologi komunikasi mampu mempengaruhi proses interaksi, maka kita jangan melihat pada sudut pandang negative. Akan tetapi kita justru harus melihat bagaimana teknologi komunikasi dan informasi mampu dijadikan sebagai sebuah dunia baru yang menjadi bagian dari kebutuhan primer setiap individu masyarakat global. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk menela’ah tentang teknologi komunikasi dan pengaruhnya terhadap interaksi.
B. Pembahasan
1. Memahami Teknologi Komunikasi
Menurut Deddy Mulyana, teknologi secara umum didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek dengan atau tanpa bantuan alat mekanis, untuk melakukan suatu perubahan dalam objek tersebut.[2]
Definisi lainnya menurut Gibson (dalam Mulyana) bahwa teknologi adalah penerapan pengetahuan untuk melakukan suatu kerja.[3] Begitu juga halnya dengan Williams (dalam Mulyana) menyebutkan bahwa teknologi komunikasi atau informasi adalah istilah yang merujuk pada teknologi komunikasi modern yang terutama mencerminkan aplikasi komputer, telekomunikasi, atau kombinasi keduanya, termasuk televisi yang disiarkan secara global.[4]
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa teknologi komunikasi dan informasi merupakan sebuah perangkat pengetahuan yang aplikatif sehingga memudahkan manusia untuk bekerja, dan berinteraksi dengan individu lainnya tanpa harus face to face. Kondisi ini menunjukkan bahwa perkembangan komunikasi seiring dengan perkembangan teknologi. Jika teknologi komunikasi dan informasi berkembang, maka otomatis dinamika kajian komunikasi juga mengalami perkembangan.
Kita bisa saksikan bagaimana ketika muncul internet, lalu muncul perangkat chatting salah satunya melalui perangkat fasilitas Yahoo Messenger, menyebabkan terjadinya perubahan yang begitu luar biasa dalam proses interaksi. Harus diakui, masyarakat global tidak bisa terlepas dari ketergantungannya dengan perangkat pada teknologi. Namun demikian, titik pandang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tidak hanya tertumpu pada kehadiran perangkat komunikasi yang semakin canggih, melainkan juga memberikan pengaruh pada kultur yang terjadi di tengah masyarakat.[5]
2. Teknologi Komunikasi: Antara Dilema dan Kenyataan
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat pada saat ini tentu tidak dapat dihindari, karena hal tersebut merupakan sebuah kenyataan yang berada di depan mata. Hampir semua proses interaksi yang terjadi diantara individu-individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok sudah menggunakan perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Alhasil, teknologi komunikasi dan informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses interaksi manusia.
Meskipun demikian, kehadiran teknologi harus disikapi secara bijaksana. Menurut Deddy Mulyana, teknologi bisa sebagai berkah, tetapi juga bisa sebagai laknat bagi kehidupan manusia, bergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Teknologi merupakan berkah bila ia mencerminkan kehidupan kita, misalnya meningkatkan kemampuan fisik, memperpanjang harapan hidup, memudahkan kita bergerak dari satu tempat ke tempat lain, meninggikan kemampuan intelektual, martabat dan moralitas kita.[6]
Akan tetapi, teknologi bisa membawa manusia kepada perilaku menyimpang jika kehadiran teknologi komunikasi tidak dikendalikan secara benar. Contoh sederhana bagaimana setiap individu mampu memanfaatkan facebook sebagai media baru atau new media di tengah-tengah masyarakat dunia khususnya Indonesia sebagai bagian dari proses interaksi. Bahkan lebih daripada itu, facebook oleh kalangan facebooker malah dijadikan sebagai wadah untuk meluapkan isi hati, mengkritisi setiap kebijakan yang terjadi, membangun hubungan pertemanan dan menanggapi berbagai peristiwa dengan sikap yang beragam. Ini merupakan dinamika menarik dari kehadiran facebook sebagai new media akibat dari perkembangan teknologi komunikasi. Namun, kehadiran facebook sebagai new media akan berdampak tidak baik jika penggunanya memanfaatkan media social tersebut untuk mencaci maki, merusak pertemanan, menggunakan kata-kata kotor untuk mengkritisi setiap kebijakan, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang berakibat kepada putusnya proses interaksi.
Maka dari itu, mengutip pernyataan Deddy Mulyana, teknologi sebenarnya bukan terdapat pada teknologi itu sendiri, melainkan kepada individu manusia penggunanya. Tanpa berlandaskan prinsip-prinsip yang benar dan tujuan yang benar, teknologi hanya akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia. Bahkan menurutnya penggunaan teknologi harus sesuai dengan lingkungan fisik dan sistem sosiobudaya masyarakat yang akan menggunakan teknologi tersebut.[7]
Satu hal terpenting yang harus kita pahami, kehadiran teknologi bukan berarti memutuskan proses komunikasi face to face menjadi tidak penting. Justru, proses komunikasi tatap muka harus tetap dikedepankan dalam rangka mewujudkan proses komunikasi yang efektif. Kalau kita boleh jujur, komunikasi tatap muka adalah komunikasi yang lebih sempurna mengalahkan proses komunikasi melalui telepon, email, teleconference dan media sosial.
3. Teknologi Komunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Interaksi
Apakah teknologi komunikasi dan informasi berpengaruh terhadap interaksi manusia dalam proses komunikasi? Jawabannya tentu teknologi komunikasi dan informasi sangat berpengaruh terhadap interaksi. Bagaimanakah bentuk keterpengaruhannya tersebut? Inilah yang mesti kita jabarkan dalam makalah ini.
Ada beberapa perihal pokok yang mesti kita pilah terlebih dahulu untuk memahami sejauhmana teknologi komunikasi berpengaruh terhadap interaksi. Pertama, teknologi komunikasi dan informasi pada media massa. Menurut Vivian, rintisan media elektronik dimulai pada akhir 1800-an., namun sebagian besar perkembangannya terjadi di abad ke-20. Berbeda dengan pesan cetak, pesan televisi dan radio menghilang setelah ditransmisikan. Meskipun benar bahwa pesan itu dapat disimpan dalam disket elektronik dan pada tape serta alat lainnya, pesan itu biasanya mencapai pendengar dan pemirsanya dalam bentuk nonkonkret. Televisi terutama sangat berbeda karena ia menggabungkan suara, gambar dan gerak.[8]
Di ruang redaksi media massa saat ini telah hadir berbagai perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang begitu canggih. Bahkan keberadaan media cetak khususnya dikalahkan dengan kehadiran media televisi dan radio yang bisa melakukan siaran secara langsung di lokasi kejadian. Artinya, media radio dan televisi telah menggunakan perangkat satelit sendiri untuk mampu menyajikan siarannya secara cepat kepada khalayaknya. Ini membuktikan bahwa perangkat teknologi komunikasi dan informasi yang dimiliki oleh media televisi dan radio mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.
Kemudian keberadaan media cetak, televisi dan radio terkalahkan oleh hadirnya portal berita online melalui saluran internet. Medium massa yang terbaru web, mengombinasikan teks, audio dan visual – baik diam maupun bergerak- dalam jaringan elektronik global.[9]
Keberadaan portal berita melalui media online membuat eksistensi media cetak, televisi dan radio merasa khawatir. Meskipun karakteristik khalayak media sangat beragam, namun kenyataan ini membuat media cetak, televisi dan radio harus mewaspadai kenyataan yang terjadi. Kini, setiap media tersebut (cetak, televisi dan radio) membuat portal sendiri bagi khalayak yang sering mengakses internet melalui halaman web mereka masing-masing.
Apakah keberadaan teknologi media massa berpengaruh terhadap proses interaksinya dengan khalayak? Jawabannya tentu berpengaruh. Dalam konteks Psikologi Komunikasi, efek media massa bagi khalayak dibagi menjadi tiga yaitu; efek kognitif, afektif dan behavioral. Pada efek kognitif, khalayak akan lebih cenderung untuk memilih media yang mudah diakses berdasarkan pengetahuan yang ia peroleh sebelumnya. Semakin canggih teknologi media massa tersebut maka akan semakin mudah khlayak untuk mengaksesnya. Pada efek afektif, khalayak tidak hanya sekedar mengetahui isi siaran dari media massa, tapi sudah masuk pada tahap memahami isi siaran tersebut secara mendalam. Alhasil, khalayak mulai menentukan pilihan pada setiap isi siaran. Baik buruknya isi siaran bergantung pada pilihan khalayak. Pada efek behavioral, akan terlihat bagaimana khalayak terpengaruh akibat isi media massa. Keterpengaruhan tersebut akan terlihat dari perilaku sehari-harinya. Pada tahap ini, khalayak tidak sekedar mengenal dan memahami isi media massa, tapi lebih daripada itu khalayak secara sadar atau tidak sadar berperilaku seperti apa yang ia pahami dari isi media massa. Dengan demikian dapat dipahami bahwa teknologi komunikasi dan informasi dari ruang produksi media massa berpengaruh terhadap proses interaksi manusia.
Merujuk pada teori teknologi media dan masyarakat massa, Barran dan Davis mengatakan bahwa teknologi media memiliki sejumlah asumsi untuk membentuk masyarakat. Teknologi media massa memiliki efek yang berbahaya sekaligus menular bagi masyarakat. untuk meminimalisir efek ini, di Eropa pada masa 1920-an, penyiaran dikendalikan oleh pemerintah, walaupun ternyata kebijakan ini justru berdampak buruk di Jerman dengan digunakannya penyiaran untuk propaganda Nazi.[10]
Teknologi media massa memiliki kekuatan untuk memengaruhi pola piker rata-rata audiensnya. Bahkan pada asumsi berikutnya dalam teori teknologi media dan masyarakat dikatakan bahwa ketika pola piker seseorang sudah terpengaruh oleh media, maka semakin lama pengaruh tersebut semakin besar.[11]
Kedua, teknologi komunikasi dan informasi pada komunikasi interpersonal dan media social. Ketika Alexander Graham Bell menemukan telepon, maka model komunikasi interpersonal mengalami perubahan. Lalu perkembangan tersebut mengalami inovasi menjadi telpon genggam (hand phone). Perubahan itu menyebabkan proses komunikasi menjadi lebih singkat dan cepat. Kemudian beberapa tahun belakangan muncul media social akibat dari inovasi teknologi komunikasi yang semakin pesat. Kehadiran media social, khususnya di Indonesia menjadikan proses interaksi antar manusia berubah total. Proses komunikasi tradisional berubah menjadi digital native. Orang mulai mengubah pola komunikasi dari face to face menjadi digital native. Orang tidak perlu lagi berkeluh kesah secara tatap muka, tapi cukup membuat status di akun twit atau facebook, maka akan banyak respon yang muncul dari sesama member. Akibatnya komunikasi tatap muka tidak dibutuhkan lagi, meskipun model itu menjadikan komunikasi lebih sempurna.
Pakar komunikasi dari Kanada Marshal McLuhan menyebutkan dua kemungkinan pengaruh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yakni:
“Pertama, Global Village. Yakni teknologi komunikasi menciptakan manfaat positif dengan mengatasi hambatan jarak dan waktu, sehingga seolah-olah dunia hanyalah sebuah desa. Manusia dapat berinteraksi dimanapun dan kapanpun. Kedua, Global Pillage. Yakni teknologi menciptakan manfaat negative dengan cara menciptakan ketergantungan. Manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi, tanpa menyadari bahwa teknologi pada dasarnya hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ketergantungan menyebabkan pengalihan nilai filosofi dengan menempatkan teknologi sebagai tujuan, bukan alat. Karenanya orang yang menguasai teknologi pada hakikatnya telah menguasai dunia.”[12]
Menurut Rulli, relasi antar individu saat ini tidak lagi fisik melainkan “interface”, telah diwakili oleh pernagkat atau “terminal” teknologi komunikasi, sebagaimana perangkat teknologi yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.[13] Bahkan dalam perkembangan cyber saat ini, kehadiran individu sebagai objek bisa diwakili dengan animasi (avatar)) sesuai dengan keinginan kita; di internet siapapun bisa menjadi siapa dan apa yang diinginkannya.
Holmes (dalam Nasrullah) bahwa internet merupakan tonggak dari perkembangan teknologi interaksi global di akhir decade abad ke-20 yang mengubah cakupan serta sifat dasar dari medium komunikasi. Transformasi ini yang disebut Holmes sebagai “second media age” (periode kedua dari media), dimana media tradisional seperti Koran, radio, dan televisi telah banyak ditinggalkan oleh khalayak.[14]
Kehadiran teknologi komunikasi bisa menjadi dua arah bahkan lebih atraktif. Komunikasi terjadi tidak lagi memakai pola dari sumber yang satu menyebar ke banyak audiens atau khalayak, berpusat, khalayak bersifat pasif, dan penerima berada dalam posisi terisolasi, melainkan lebih dinamis, tidak tersentral, sampai pada melibatkan khalayak.[15]
C. Kesimpulan
Teknologi komunikasi menciptakan manfaat positif dengan mengatasi hambatan jarak dan waktu, sehingga dunia hanyalah sebuah desa. Manusia dapat berinteraksi dimanapun dan kapanpun. Namun yang harus diperhatikan bahwa teknologi menciptakan manfaat negatif dengan cara menciptakan ketergantungan. Manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi, tanpa menyadari bahwa teknologi pada dasarnya hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ketergantungan menyebabkan pengalihan nilai filosofi dengan menempatkan teknologi sebagai tujuan, bukan alat. Karenanya orang yang menguasai teknologi pada hakikatnya telah menguasai dunia.
Daftar Pustaka
Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2010.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Massa (Kontroversi, Teori dan Aplikasi). Bandung: Widya Padjajaran. 2008.
Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana. 2012.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa (Edisi Kedalapan). Jakarta: Kencana. 2008.
[1] Nasrullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber. Jakarta. Kencana
[2] Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa. Bandung. Widya Padjajaran.
[3] Ibid. Hal: 164
[4] Ibid. hal: 164
[5] Op.cit. Murodi dalam Rulli Nasrullah pada buku berjudul: Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber
[6] Op.cit. Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa. Bandung. Widya Padjajaran. Hal 170
[7] Ibid. Hal: 170
[8] Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jekarta. Kencana
[9] Ibid. hal: 13
[10] Mufid, Muhammad. 2010. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta. Kencana
[11] Ibid. Hal: 116
[12] Ibid. hal 118-119
[13] Op.cit. Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antar Budaya di Era Siber. Hal 60
[14] Ibid. hal: 62
[15] Ibid. hal: 62-63