Selasa, 28 April 2020

Fusing dan Bahan Pelapis

Wawan Setiawan Tirta

Fusing dan Bahan Pelapis

komponen kecil pada pakaian seperti collar Fusing dan Bahan Pelapis
Fusing dan Bahan Pelapis

fungsi bahan pelapis - Fusing adalah proses merekatkan (memanaskan dan mengepres) komponen-komponen kecil pada pakaian seperti collar, cuff, centerline, dan sebagainya dengan material atau bahan pelapis (interfacing) yang berfungsi sebagai pembentuk untuk membuat pakaian lebih kaku, kuat dan mengokohkan bagian-bagian tertentu.

Pada sebagian proses produksi di industri garmen, proses penempelan atau fusing berbeda dengan tahapan mengerjakan pengepresan, dimana perbedaan tersebut terletak pada material atau bahan pelapis yang digunakan. Pada proses penempelan (fusing), bahan pelapis yang digunakan adalah interfacing, sedangkan pada tahapan mengerjakan pengepresan menggunakan bahan pelapis, yaitu underlining, interlining, dan lining. Akan tetapi pada sebagian proses produksi yang lain, penempelan (fusing) dan pengepresan merupakan satu tahapan pekerjaan yang sama yang disesuaikan dengan standar prosedur kerja di tiap-tiap industri garmen.

Pengetahuan Bahan Pelapis (Underlying)
Bahan pelapis yang digunakan sebagai salah satu material atau bahan pembuatan pakaian berpengaruh terhadap pembentukan pakaian yang berkualitas. Bahan pelapis dapat didefinisikan sebagai bahan tambahan yang terletak di bawah bahan utama yang berfungsi sebagai pembentuk, penopang kain, menjaga kekuatan kain dari gesekan, lipatan, tekanan, dan tahanan rendaman. Bahan pelapis juga dapat berfungsi sebagai pemberi rasa nyaman saat pemakaian (rasa sejuk, hangat, dan menghindari dari rasa gatal).

    Penggolongan Bahan Pelapis
    Dalam pembuatan pakaian, bahan pelapis digolongkan menjadi 4 (empat) jenis yang masing-masing mempunyai fungsi khusus yang mempengaruhi penampilan sebuah pakaian.
        Lapisan Bawah (Underlining)
        Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan utama pakaian (Garment Fabrics). Bahan pelapis juga disebut dengan lapisan pertama. Lapisan bawah berfungsi untuk menguatkan bahan utama pakaian dan keseluruhan desain.
        Lapisan Dalam (Interfacing)
        Adalah bahan pelapis yang terletak di seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian tertentu saja, seperti pada kerah, manset, saku, dan lain sebagainya. Lapisan dalam lebih kokoh dari lapisan bawah, karena fungsinya yang memperkuat dan memelihara bentuk pakaian.
        Lapisan Antara (Interlining)
        Adalah bahan pelapis (yang bersifat lembut dan ringan) yang terletak di antara interfacing dan lining. Interlining akan memberikan rasa hangat saat pemakaian. Interlining digunakan pada bagian lengan baju dan bagian pada badan dari pakaian (jaket atau mantel).
        Bahan Pelapis (Lining/Furing)
        Adalah bahan pelapis yang digunakan untuk menutupi bagian dalam pada pakaian. Lining/furing disebut juga dengan lapisan terakhir. Lining memberikan penyelesaian yang rapi, dan memberikan rasa nyaman, kehangatan, dan kehalusan terhadap kulit.
   
  • Desain pakaian yang berstruktur dan berdetail, maka kebutuhan akan bahan pelapis akan semakin besar pula. Selain itu, bobot bahan pakaian merupakan faktor lain untuk diperhatikan. Semakin ringan bobot atau kelembutan dari suatu bahan utama pakaian, maka semakin besar pula kebutuhan bahan penyokongnya. Tidak semua pakaian menggunakan keempat jenis bahan pelapis secara bersama-sama. Akan tetapi apabila digunakan secara bersama-sama, maka secara berurutan penempatan bahan pelapis adalah sebagai berikut :
    Penempatan Bahan Pelapis Pada Pakaian
    Keterangan gambar :
    a. Bahan utama
    b. Interlining
    c. Interfacing
    d. Underlining
    e. Lining
  • Konstruksi Bahan Pelapis
    1. Lapisan Bawah (Underlining)
      Underlining memiliki ciri-ciri bobot yang relatif stabil dan ringan sampai yang sedang, dengan penyempurnaan yang lembut, sedang, dan gemersik (crisp).
      Contoh underlining adalah : sutra cina, organdi, organza, muslin, batiste, tula, rayon, tricot ringan (untuk rajutan), dan sebagainya.
      Adapun contoh underlining dapat ditunjukkan dengan gambar berikut :
      Lapisan Bawah (Underlining)
    2. Lapisan Dalam (Interfacing)
      Interfacing terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan konstruksi dan penyempurnaan yang berbeda pula. Interfacing dibagi menjadi 3 (tiga) bagian berdasarkan konstruksinya, yaitu :
      • Tenunan (woven)
        Lapisan ini memiliki tenunan yang arah seratnya memanjang dan saling mengikat. Penggunaan sebaiknya mengikuti arah serat, karena akan membentuk pakaian lebih bagus dan stabil.
      • Bukan Tenunan (non-woven)
        Lapisan ini pembuatannya dilakukan dengan cara dikempa, sehingga tidak memiliki arah serat. Interfacing yang tidak ditenun biasanya lebih keras daripada yang ditenun.
      • Rajutan (knit)
        Lapisan ini memiliki konstruksi kain yang berbeda dengan kain tenun. Pada umumnya, elastisitas kemuluran bahan rajut lebih tinggi dari bahan tenun.
      Berikut ini adalah gambaran umum yang menunjukkan contoh dari lapisan dalam (interfacing) yang umum beredar di pasaran dan digunakan oleh industri garmen.

      Jenis Interfacing : Tenunan (woven)
      Contoh Bahan : Rambut Kuda
      Rambut Kuda
      Ciri dan Kegunaan :
      • Bahan terbuat dari campuran kapas dan rambut kuda/bulu binatang yang kuat jenis interfacing ini benar-benar lentur, tebal, kuat, dan tidak berperekat.
      • Memberikan bentuk dan memperindah busana.
      • Digunakan pada jas dan torso

      Jenis Interfacing : Tenunan (woven)
      Contoh Bahan : Trubinais
      Trubinais
      Ciri dan Kegunaan :
      • Digunakan sebagai penegak tekstur sedang sampai kaku.
      • Berperekat atau tidak berperekat.
      • Diproses secara fusi, laminit, welf.
      • Digunakan sebagai pengeras, pembentuk pada kerah, manset, dan ban pinggang.
      • Memberi ketegasan pada detail busana.

      Jenis Interfacing : Tenunan (woven)
      Contoh Bahan : Cufner
      Cufner
      Ciri dan Kegunaan :
      • Bahan tipis hingga tebal.
      • Bertekstur halus.
      • Bahan memiliki ketebalan bertingkat (tebal tipisnya tergantung dari kerapatan tenunan dan besar serat benang yang digunakan).
      • Berperekat.
      • Digunakan untuk melapisi bagian badan muka, memberi bentuk pakaian, memperbagus jatuhnya bahan (drape).

      Jenis Interfacing : Bukan Tenunan (Non Woven)
      Contoh Bahan : Vliseline
      Vliseline
      Ciri dan Kegunaan :
      • Interfacing bukan tenunan, tipis dan berperekat.
      • Bahan memiliki berbagai macam warna.
      • Bahan bertekstur lembut atau kasar, sedang sampai tebal.
      • Bahan mampu membentuk busana.
      • Digunakan untuk melapisi tengah muka, saku, kerah, garis leher, dan belahan placket.

      Jenis Interfacing : Bukan Tenunan (Non Woven)
      Contoh Bahan : Cufner (Gula/Pasir)
      Cufner (Gula/Pasir)
      Ciri dan Kegunaan :
      • Bahan mempunyai daya elastisitas tinggi baik yang bertekstur lembut maupun kasar.
      • Bahan memiliki ketebalan sedang sampai tebal.
      • Bahan berperekat.
      • Kegunaan seperti cufner.

      Jenis Interfacing : Rajutan (Knit)
      Contoh Bahan : Knit Fusible Interfacing
      Knit Fusible Interfacing
      Ciri dan Kegunaan :
      • Bahan bersifat lembut, sehingga mudah dibentuk dan dilipat sesuai mode busana.
      • Menambah keindahan bentuk busana, mempertegas garis-garis busana jenis ini baik digunakan pada seluruh bagian badan pada pembuatan busana pria atau wanita yang bahan utamanya halus.

      Jenis Interfacing : Rajutan (Knit)
      Contoh Bahan : Weft
      Weft
      Ciri dan Kegunaan :
      • Bahan ini memiliki arah serat yang memanjang dan melebar.
      • Dalam penggunaannya, sebaiknya digunakan arah serat yang melebar.

    3. Lapisan Antara (Interlining)
      Lapisan ini memiliki bahan yang berbobot ringan, tipis hingga tebal dan kasab yang menyerupai busa atau katun berbulu. Contoh interlining adalah flanel, bahan selimut bobot ringan, felt, dacron. Adapun gambar dari interlining adalah sebagai berikut.
      Contoh Bahan Dacron dan Flanel
      Jaket dengan Interlining dari Dacron
    4. Bahan Pelapis (Lining/Furing)
      Bahan pelapis memiliki ciri-ciri yaitu lembut, licin, tipis, ringan, higrokopis sehingga memberi rasa sejuk saat dikenakan. Contoh dari bahan pelapis (lining/furing) yaitu satin, katun, rayon, nilon, sutera (silky), trico. Adapun contoh bahan pelapis dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
      Contoh Bahan Pelapis (Lining/Furing)
  • Fungsi Bahan Pelapis
    Berikut ini adalah keempat fungsi/kegunaan dari bahan pelapis tersebut adalah sebagai berikut :
    1. Bahan Pelapis Pertama (Underlining)
      Adapun fungsi/kegunaan dari underlining adalah :
      • Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
      • Memperkuat kelim dan bagian-bagian busana
      • Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
      • Menjadikan sambungan bagian-bagian pakaian atau kampuh tidak kelihatan dari luar
    2. Bahan Pengeras (Interfacing)
      Adapun fungsi/kegunaan dari interfacing adalah :
      • Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis leher
      • Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian pakaian
      • Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian tertentu seperti ujung/pinggiran dan detail-detail pada pakaian
      • Memperkuat dan mencegah bahan renggang/mulur (stretching)
    3. Bahan Penghangat (Interlining)
      Adapun fungsi satu-satunya dari interlining adalah memberikan rasa hangat saat pemakaian.
    4. Lining/Furing
      Adapun fungsi/kegunaan dari lining/furing adalah :
      • Menutupi detail-detail konstruksi bagian dalam pada pakaian
      • Menahan bentuk dan jatuhnya pakaian
      • Melindungi bahan utama pada pakaian agar tidak tembus pandang (transparan)
      • Memberikan rasa nyaman (sejuk, hangat) saat pemakaian
      • Memudahkan pakaian untuk dikenakan dan ditanggalkan

  • Penggunaan dan Penempatan Bahan Pelapis
    1. Bahan Pelapis Pertama (Underlining)
      • Underlining dipasang pada bagian-bagian tertentu pada pakaian, misalnya bahan organdi atau organza dapat digunakan sebagai bahan penegak kerah.
      • Underlining digunakan untuk menyelesaikan lapisan menurut bentuk dan belahan tengah muka.
      • Underlining dapat dipasang di seluruh bagian pakaian.
    2. Bahan Pengeras (Interfacing)
      • Interfacing digunakan pada bagian-bagian tertentu pada pakaian, seperti pada kerah, lapisan saku, belahan tengah muka, belahan lengan (placket), manset, dan sebagainya.
        • Lapisan leher dan lengan
          Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Lapisan Leher dan Lengan
        • Belahan tengah, muka dan ban pinggang
          Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Belahan Tengah, Muka, dan Ban Pinggang
        • Manset
          Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Manset
        • Kerah dan saku
          Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Kerah dan Saku
      • Interfacing dipasang pada seluruh bagian pakaian, misalnya pada pembuatan jas atau blazer
        Penggunaan Bahan Pengeras (Interfacing) pada Jaz/Blazer

        Bahan Penghangat (Interlining)
            Interlining digunakan sebagai pelapis pada pembuatan suatu produk garmen, seperti jaket, jas atau mantel.
            Interlining dipasang pada bagian tertentu, seperti bagian badan atas, kerah, dan sebagainya.
        Lining/Furing
            Lining dipasang pada seluruh bagian dalam pada pakaian, seperti jas, jaket, mantel, rok, blus, dan lain sebagainya

Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  fungsi bahan pelapis

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang  Penyelesaian Tepi Busana: Rompok

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://garmenstudionline.blogspot.co.id/2021/01/fusing-dan-bahan-pelapis.html