Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah_ Kurang lebih itu yang dikatakan Andri Suprayitno. Siapa beliau? Menarik ketika saya membaca sebuah artikel di salah satu media online terbesar yang mengisahkan perjalanan seorang pemuda kelahiran Malang berdarah Padang yang berhasil meraih kesuksesan di Kota yang tidak pernah tidur, New York. Seperti kita tahu, New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. New York memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia. Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting. Kota ini sering disebut New York City atau City of New York untuk membedakannya dari negara bagian New York, tempat kota ini berada.
Kembali ke sosok Andri Suprayitno, dia adalah warga negara Indonesia yang kini tinggal menetap di New York, Amerika Serikat (AS). Apa yang menginspirasi saya mungkin juga anda setelah selesai membaca kisahnya? Dari "Bukan Siapa-siapa", selepas menyelesaikan studi di STP-NHI (Sekolah Tinggi Pariwisata-National Hotel Institute) Bandung, ia lalu berkerja di restaurant di wilayah Dago Atas, Bandung. Karena senang bekerja dan traveling, iapun menyempatkan "nyambi" ambil kursus sebagai pramugara.
Berawal dari postingan temannya di media sosial yang menceritakan bahwa temannya itu mampu membeli mobil sendiri di AS, Andri pun terinspirasi untuk mengikuti jejaknya. Singkat cerita untuk mewujudkan mimpinya itu Andri mendaftarkan diri melalui situs online untuk bekerja di AS, dan diterima dengan visa H2B atau nonagricultural and temporary job.
Denver, Oktober 2005, perjalanan hidup seorang Andri yang sebenarnya dimulai dengan menjadi housekeeper. Saat itu dia dibayar $3.50 perjam, jika di rupiahkan dengan kurs Rp 13.000 ini berarti dia dibayar Rp 45.500/jam, dan jika dalam sehari dia bekerja 8 jam, ini berarti Rp 364.000/hari. Selain menjadi housekeeper dia juga mengambil kerja sampingan sebagai busboy dan di paruh waktu yang lain sebagai waiter.
4 tahun berselang Andri kembali ke Indonesia untuk memperpanjang visa, lalu kembali ke AS untuk bekerja sebagai juru masak khusus sarapan pagi di New Orleans. Malam harinya, ia nyambi di bagian vallet parking. Jiwa petualangannya menjadikan dia merasa bosan dengan pekerjaannya sebagai vallet parking, ya maklum saja Andri harus stay selama 8 jam. Walaupun dengan bekerja di vallet parking dia bisa mengendari mobil mewah seperti Hummer, Ferarri dan Lamborghini.
Tahun 2010, Karirnya mulai berubah keika Andri pindah haluan dengan bergabung bersama biro travel di sana. Pergaulannya semakin luas, Andri mulai mengenal banyak orang dan melihat celah bisnis yang lebih luas. Pekerjaan yang dulunya berbasis keterampilan dan jasa, dialihkan kepada keahlian, pelayanan, jaringan, dan lobi-lobi. Apakah lantas dia puas dengan pencapaian ini? Ternyata tidak, dan lagi-lagi, Andri tidak puas dengan bekerja kepada orang lain. Sampai akhirnya pada 2016, ia memilih untuk membuat usaha sendiri yaitu menjadi agen perjalanan. Modal awalnya saat itu hanya US$. 3.000., itupun hanya untuk DP kendaraan mini van dan pembayaran surat ijin pembuatan company di US.
Saat ini, agen perjalanan yang dimilikinya telah berkembang pesat serta memiliki pelanggan dari berbagai Kalangan, mulai dari kalangan wisatawan biasa, para bos perusahaan ternama tanah air, artis dan sutradara film, tamu konsulat KJRI, sampai mengantar menteri yang sedang kunjungan kerja ke negeri Paman Sam.
Ada satu hal yang menjadikan usahanya ini makin maju, adalah dia tidak pernah membeda-bedakan tamunya. Baginya semua tamu adalah VVIP. Dengan begitu, layanannya pun akan sama. dan yang pasti, rahasia dijamin. Lho kok main rahasia-rahasiaan? Rahasia yang Andri maksud adalah lokasi tujuan, nama-nama rombongan dan apa-apa saja yang terjadi dalam perjalanan itu. Sebab, tidak bisa dipungkiri, lokasi maupun apapun yang terjadi dapat menjadi isu sensitif atau dapat merusak reputasi tamu di tanah air.
Salah satu klien yang pernah dia antar keliling New York adalah bos First Travel yang saat ini sedang diadili di PN Depok dan suaminyaa. Dikatakan, setelah kasusnya meledak, Andri sering ditelpon wartawan dari Indonesia yang ingin tahu lokasi, gaya hidup dan tempat-tempat yang disinggahi oleh bos First Travel itu. Apa jawabannya saat ditanya tentang first travel? Dia menjawab, maaf saya nggak bisa menjawab. Itu rahasia klien. Tidak bagus buat bisnis (kalau dibuka)," kata Andri.
Dengan menjaga prinsip kepercayaan tersebut, ia semakin berkibar dan yakin mampu menundukan New York. Tentu, tanpa harus lupa kacang akan kulitnya, mengenang masa-masa sulit satu dekade silam. "You are not going to appreciate your success if you never started from below. (Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah)," ujar Andri.
Sempat Jadi Pemain Figuran
Selain menjadi tukang becak, Andri Suprayitno juga sempat mencoba menjadi pemain figuran untuk film serial di televisi. Dengan lokasi shooting di New York, bayarannya mencapai US$ 185 untuk tampil 1 detik !
"Ini bukan film layar lebar, lebih ke Amerika TV series," kata Andri.
Awalnya, ia iseng mencari uang tambahan. Di mesin pencari internet, tertulis sutradara sedang mencari pemeran figuran berwajah Asia. Ia pun mencoba dan dipanggil ke lokasi film bersama sejumlah talent lain.
"Kerjanya cuma 5 menit, tetapi standby selama 8 jam. Bebas ngapain, yang penting saat dibutuhkan ada. Setelah tampil di film, tidak lama, paling cuma 1 detik," imbuh Andri.
Dia masih ingat drama TV itu dibintangi aktris ngetop Hollywood Margot Robbie.
Mendapat bayaran cukup lumayan, ia kembali mendaftar sebagai pemeran figuran di serial TV Elementary dan Law and Order. Lagi-lagi, tampil tidak lama namun dengan bayaran cukup tinggi. Ukuran tinggi ini, setidaknya dibandingkan dengan pekerjaan awalnya di AS yakni menjadi housekeeper yang digaji US$3,50 perjam.
"Di sini, semua pekerjaan dihargai. Mau jadi pencuci piring, pelayan restauran, sampai dog walker, bisa untuk hidup," kata Andri.
Saat ini, Andri merupakan salah satu imigran AS asal Indonesia yang terbilang sukses. Ia mempunyai bisnis travel dengan pelanggan para artis, bos perusahaan swasta hingga pejabat. Masih banyak Andri-andri lain yang jumlahnya tak sedikit.
"Lahir dari keluarga middle class saya tidak banyak mendapatkan privilege untuk melakukan apapun yang saya impikan. Ini menjadikan saya motivasi yang besar untuk mencapai cita-cita saya dengan usaha dan restu dari orang tua," pungkasnya.
Sumber; finance.detik.com dengan perubahan
Kembali ke sosok Andri Suprayitno, dia adalah warga negara Indonesia yang kini tinggal menetap di New York, Amerika Serikat (AS). Apa yang menginspirasi saya mungkin juga anda setelah selesai membaca kisahnya? Dari "Bukan Siapa-siapa", selepas menyelesaikan studi di STP-NHI (Sekolah Tinggi Pariwisata-National Hotel Institute) Bandung, ia lalu berkerja di restaurant di wilayah Dago Atas, Bandung. Karena senang bekerja dan traveling, iapun menyempatkan "nyambi" ambil kursus sebagai pramugara.
Berawal dari postingan temannya di media sosial yang menceritakan bahwa temannya itu mampu membeli mobil sendiri di AS, Andri pun terinspirasi untuk mengikuti jejaknya. Singkat cerita untuk mewujudkan mimpinya itu Andri mendaftarkan diri melalui situs online untuk bekerja di AS, dan diterima dengan visa H2B atau nonagricultural and temporary job.
Denver, Oktober 2005, perjalanan hidup seorang Andri yang sebenarnya dimulai dengan menjadi housekeeper. Saat itu dia dibayar $3.50 perjam, jika di rupiahkan dengan kurs Rp 13.000 ini berarti dia dibayar Rp 45.500/jam, dan jika dalam sehari dia bekerja 8 jam, ini berarti Rp 364.000/hari. Selain menjadi housekeeper dia juga mengambil kerja sampingan sebagai busboy dan di paruh waktu yang lain sebagai waiter.
4 tahun berselang Andri kembali ke Indonesia untuk memperpanjang visa, lalu kembali ke AS untuk bekerja sebagai juru masak khusus sarapan pagi di New Orleans. Malam harinya, ia nyambi di bagian vallet parking. Jiwa petualangannya menjadikan dia merasa bosan dengan pekerjaannya sebagai vallet parking, ya maklum saja Andri harus stay selama 8 jam. Walaupun dengan bekerja di vallet parking dia bisa mengendari mobil mewah seperti Hummer, Ferarri dan Lamborghini.
Tahun 2010, Karirnya mulai berubah keika Andri pindah haluan dengan bergabung bersama biro travel di sana. Pergaulannya semakin luas, Andri mulai mengenal banyak orang dan melihat celah bisnis yang lebih luas. Pekerjaan yang dulunya berbasis keterampilan dan jasa, dialihkan kepada keahlian, pelayanan, jaringan, dan lobi-lobi. Apakah lantas dia puas dengan pencapaian ini? Ternyata tidak, dan lagi-lagi, Andri tidak puas dengan bekerja kepada orang lain. Sampai akhirnya pada 2016, ia memilih untuk membuat usaha sendiri yaitu menjadi agen perjalanan. Modal awalnya saat itu hanya US$. 3.000., itupun hanya untuk DP kendaraan mini van dan pembayaran surat ijin pembuatan company di US.
Saat ini, agen perjalanan yang dimilikinya telah berkembang pesat serta memiliki pelanggan dari berbagai Kalangan, mulai dari kalangan wisatawan biasa, para bos perusahaan ternama tanah air, artis dan sutradara film, tamu konsulat KJRI, sampai mengantar menteri yang sedang kunjungan kerja ke negeri Paman Sam.
Ada satu hal yang menjadikan usahanya ini makin maju, adalah dia tidak pernah membeda-bedakan tamunya. Baginya semua tamu adalah VVIP. Dengan begitu, layanannya pun akan sama. dan yang pasti, rahasia dijamin. Lho kok main rahasia-rahasiaan? Rahasia yang Andri maksud adalah lokasi tujuan, nama-nama rombongan dan apa-apa saja yang terjadi dalam perjalanan itu. Sebab, tidak bisa dipungkiri, lokasi maupun apapun yang terjadi dapat menjadi isu sensitif atau dapat merusak reputasi tamu di tanah air.
Salah satu klien yang pernah dia antar keliling New York adalah bos First Travel yang saat ini sedang diadili di PN Depok dan suaminyaa. Dikatakan, setelah kasusnya meledak, Andri sering ditelpon wartawan dari Indonesia yang ingin tahu lokasi, gaya hidup dan tempat-tempat yang disinggahi oleh bos First Travel itu. Apa jawabannya saat ditanya tentang first travel? Dia menjawab, maaf saya nggak bisa menjawab. Itu rahasia klien. Tidak bagus buat bisnis (kalau dibuka)," kata Andri.
Dengan menjaga prinsip kepercayaan tersebut, ia semakin berkibar dan yakin mampu menundukan New York. Tentu, tanpa harus lupa kacang akan kulitnya, mengenang masa-masa sulit satu dekade silam. "You are not going to appreciate your success if you never started from below. (Anda tidak akan menghargai kesuksesan jika Anda tidak pernah memulainya dari bawah)," ujar Andri.
Sempat Jadi Pemain Figuran
Selain menjadi tukang becak, Andri Suprayitno juga sempat mencoba menjadi pemain figuran untuk film serial di televisi. Dengan lokasi shooting di New York, bayarannya mencapai US$ 185 untuk tampil 1 detik !
"Ini bukan film layar lebar, lebih ke Amerika TV series," kata Andri.
Awalnya, ia iseng mencari uang tambahan. Di mesin pencari internet, tertulis sutradara sedang mencari pemeran figuran berwajah Asia. Ia pun mencoba dan dipanggil ke lokasi film bersama sejumlah talent lain.
"Kerjanya cuma 5 menit, tetapi standby selama 8 jam. Bebas ngapain, yang penting saat dibutuhkan ada. Setelah tampil di film, tidak lama, paling cuma 1 detik," imbuh Andri.
Dia masih ingat drama TV itu dibintangi aktris ngetop Hollywood Margot Robbie.
Mendapat bayaran cukup lumayan, ia kembali mendaftar sebagai pemeran figuran di serial TV Elementary dan Law and Order. Lagi-lagi, tampil tidak lama namun dengan bayaran cukup tinggi. Ukuran tinggi ini, setidaknya dibandingkan dengan pekerjaan awalnya di AS yakni menjadi housekeeper yang digaji US$3,50 perjam.
"Di sini, semua pekerjaan dihargai. Mau jadi pencuci piring, pelayan restauran, sampai dog walker, bisa untuk hidup," kata Andri.
Saat ini, Andri merupakan salah satu imigran AS asal Indonesia yang terbilang sukses. Ia mempunyai bisnis travel dengan pelanggan para artis, bos perusahaan swasta hingga pejabat. Masih banyak Andri-andri lain yang jumlahnya tak sedikit.
"Lahir dari keluarga middle class saya tidak banyak mendapatkan privilege untuk melakukan apapun yang saya impikan. Ini menjadikan saya motivasi yang besar untuk mencapai cita-cita saya dengan usaha dan restu dari orang tua," pungkasnya.
Sumber; finance.detik.com dengan perubahan