Minggu, 12 April 2020

Posisi Indonesia terhadap Implikasi Era Globalisasi

Wawan Setiawan Tirta
Posisi Indonesia terhadap Implikasi Era Globalisasi
Terjadinya perubahan-perubahan yang cukup drastis dalam kehidupan masyarakat Indonesia bersamaan dengan era globalisasi dan masuknya teknologi modern sangat dirasakan khususnya oleh negara Indonesia dan umumnya negara-negara sedang berkembang lainnya. Hal itu berpengaruh dalam kemampuan untuk berjuang mempertahankan kelangsungan hidup di tengah-tengah pergulatan negara-negara besar di dunia.
Posisi Indonesia terhadap Implikasi Era Globalisasi Posisi Indonesia terhadap Implikasi Era Globalisasi

Proses alih teknologi tidak semudah seperti kita membalikkan telapak tangan, tetapi kita harus bekerja keras untuk mempersiapkan sumber daya manusia, kondisi sosial, dan kondisi fisik alamiah Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan agar kita tidak kehilangan kepribadian di tengah-tengah kemajuan yang telah tercapai. Disinilah perlunya dibangun tatanan kehidupan yang tetap berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Pancasila merupakan penuntun sikap dan perilaku bangsa Indonesia, baik dalam hubungannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesama anggota masyarakat, bangsa dan negaranya, maupun dengan bangsa-bangsa lain di dunia. sebagai norma hukum, Pancasila memberi petunjuk kepada bangsa Indonesia mengenai yang adil dan tidak adil, benar atau tidak benar atau sebagai norma pembangunan yang baik dan benar sehingga sampai pada tujuan dengan baik dan benar.

Kedudukan geografis Indonesia terletak pada posisi silang antara Benua Asia dengan Benua Australia, Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik, dan antara paham atau ideologi komunis dengan paham atau ideologi liberal. Dengan demikian, posisi Indonesia sangat rentan terhadap implikasi era globalisasi yang sedang berjalan. Untuk menghadapi hal itu Indonesia harus memantapkan SDM, ideologi Pancasila sebagai filter, sosial budaya, ekonomi, politik, dan hankam yang kuat.

Beberapa contoh yang dapat dijadikan bahan analisis, antara lain sebagai berikut;
  1. Ketika era komputerisasi datang, telepon dan faksimile banyak digunakan orang. Perkembangan itu mempengaruhi PT Pos Indonesia sebagai perusahaan jasa layan-antar. Pada tahun 1990-an, volume pengiriman surat lewat pos menurun hingga 70%. Namun, pengiriman surat ringan dan bisnis meningkat. Bahkan, terus meningkat hingga mencapai 740 juta pucuk surat yang dikirim dan kiriman paket sebesar 619 juta buah. PT Pos Indonesia (Posindo) memberikan layanan melalui program optima, di antaranya jaminan asuransi bagi surat atau paket yang hilang atau rusak saat yang dikirim secara door to door dan part to part, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Perusahaan Western Union (WU) pun digandeng untuk mendongkrak layanan pengiriman wesel ke luar negeri. Jaringannya bisa meliputi 136 negara dan 76 ribu cabang di dunia.
  2. Berbagai merk kosmetika luar negeri kini sudah beredar di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kemasan yang cantik dan promosi yang gencar sangat memikat konsumen Indonesia yang ternyata jumlahnya tidak sedikit. Menghadapi AFTA dan kondisi persaingan yang semakin meningkat, kesadaran bangsa Indonesia di bidang ini bangkit untuk mencintai hasil produk Indonesia. Tidak hanya Sari Ayu, Mustika Ratu, atau Ristra dengan Indolabnya, tetapi muncul juga pengusaha merk tradisional bersaing dengan meningkatkan “litbang”nya, seperti Jamu Jago, Ny. Meneer, atau produk-produk lainnya. Begitu juga dengan perawatan tubuh atau spa, kini mulai merebak, keseluruh dunia. padahal, produk perawatan itu adalah asli dari Indonesia yang dikembangkan secara modern.
  3. Dengan berkembangnya kejahatan internasional seperti terorisme, perampokan atau bajak laut di jalur-jalur perdagangan dunia, perdagangan manusia, obat bius, atau kejahatan lintas batas lainnya, ASEAN termasuk di dalamnya negara Indonesia membuka diri dengan pihak lain atau negera lain untuk menumpas atau memerangi kejahatan-kejahatan internasional itu. Misalnya, penandatanganan perjanjian memerangi terorisme pada akhir juli 2002 sebagai bukti kesungguhan mewujudkan perang terhadap teroris tanpa melibatkan pasukan AS di kawasan ASEAN. Namun, AS bersedia memberikan bantuan teknis pasukan keamanan dalam melacak para tersangka.
  4. Apabila diperhatikan pada pelajaran sebelumnya tentang pers, bahwa informasi tidak hanya berisi pesan yang berdampak positif dan negatif. Akan tetapi, pers mengandung pula hal-hal yang berkaitan dengan dimensi sosial dan pergeseran nilai-nilai budaya bangsa.