Jumat, 08 November 2019

Periodisasi dan Kronologi Sejarah

Wawan Setiawan Tirta
Selamat datang di yang senantiasa menyediakan berbagi macam materi-materi yang bermanfaat dan pada kesempatan kali ini akan membahas tentang "Periodesasi dan Kronologis Sejarah".!!!Selamat membaca!!!
 Selamat datang di  yang senantiasa menyediakan berbagi macam materi Periodisasi dan Kronologi Sejarah

A)Periodisasi  Sejarah
Periodisasi mengungkapkan ikhtisar sejarah di dalamnya dapat dikenali jiwa dan semangat zaman, dengan pola dan stuktur urutan kejadian atau peristiwa-peristiwa.  Maksud  mengadakan  periodisasai  ialah  untuk mengadakan  tinjauan  menyeluruh  terhadap  peristiwa-peristiwa  dengan berbagai aspeknya.

Penyusunan periodisasi tergantung pada jenis sejarah yang akan ditulisnya. Periodisasi  dapat  disusun  berdasarkan  perkembangan  politik,  sosial-ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Setiap penulis sejarah bebas dalam menetapkan periodisasi, tergantung pada pendiriannya. Periodisasi berdasarkan sosial ekonomi, misalnya melihat perkembangan kehidupan manusia  mulai  dari  masa  berburu,  mengumpulkan  makanan,  mulai menanam, berkebun atau bersawah sampai dengan masa produksi. Pada setiap  periode  tersebut  memiliki  karakteristiknya.  Masa  berburu  dan mengumpulkan makanan, misalnya masa dimana manusia masih tergantung pada  alam.  Untuk  mencapai  kebutuhan  hidupnya  manusia  tergantung  pada apa yang disediakan oleh alam. Kehidupan sosial pada masa berburu, yaitu berkelompok-kelompok dan berpindah-pindah atau nomaden. Masa berkebun atau bersawah kehidupan manusia sudah mulai menetap, karena manusia sudah mampu mengolah alam dalam bentuk berkebun atau bersawah.

Kehidupan sosial-ekonominya, sudah tidak lagi tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Ada proses produksi walaupun masih sederhana. Menurut  Ismaun,  periodisasi  yang  paling  mudah  adalah  pembabakan  yang disusun  menurut  urutan  abad.  Tetapi  periodisasi  yang  demikian  tidak mengungkapkan corak yang khas zaman-zaman yang ditinjau. Dasuki dalam Ismaun  menyatakan misalnya, dalam sejarah Eropa Barat, ada zaman-zaman dengan nama-nama abad yang mempunyai watak-watak tertentu, seperti abad ke 18 dan abad ke-19. Sedangkan Cellarius membagi sejarah Barat atas tiga periode yaitu zaman kuno, zaman pengetahuan, dan zaman modern.

Menurut  Ismaun,  periodisasi  juga  dapat  dibuat  menurut  urutan  pergantian dinasti-dinasti.  Sejarah,  misalnya  Mesir  Kuno  dan  Cina,  adalah  contoh periodisasi yang demikian lazim digunakan dan mudah dilaksanakan. Sejarah bangsa-bangsa Asia pada umumnya dilukiskan menurut babakan waktu dinasti, karena kedudukan raja dianggap sangat penting dalam masyarakat. Periodisasi menurut urutan pergantian dinasti-dinasti akan bermakna jika diterapkan dalam sejarah  monarki-monarki  absolut.  Tetapi  periodisasi  tersebut  tidak  akan bermakna dalam pembahasan sejarah mengenai monarki-monarki konstitusional dengan pemerintahan parlemener, lebih lagi dalam sejarah republik-republik berdasarkan demokrasi. Salah satu contoh periodisasi menggunakan urutan dinasti adalah yang terjadi di Cina, yaitu:
1)    Dinasti Shang, 1450 – 1050 S.M.
2)    Dinasti Chou, 1050 – 247 SM
3)    Dinasti Chin, 256 – 207 SM
4)    Dinasti Han, 206 SM – 220 M
5)    Dinasti Sui, 580 – 618 M
6)    Dinasti Tang, 618 – 906 M
7)    Dinasti Mongol, 1280 – 1369 M
8)    Dinasti Ming, 1368 – 1644 M
9)    Dinasti Mancu, 1644 – 1911 M

B)Kronologi  Sejarah
Kronologi  sejarah  merupakan  urutan  peristiwa  sejarah  yang  terjadi.  Ada tahapan-tahapan yang mengantarkan peristiwa itu terjadi. Berbagai kronologi yang  ada  dalam  sejarah,  misalnya  kronologi  lahirnya  kerajaan,  keraton, pembrontakan,  perang,  dan  lain-lain.


1558 M
Peristiwa;       
Ki Ageng Pemanahan dihadiahi Hutan  Mentaok wilayah  yang dinamakan Mataram  yang  masih  kosong  oleh  Sultan  Pajang  atas jasanya  mengalahkan  Arya  Penangsang.  Ki  Ageng  Pemanahan adalah  putra  Ki  Ageng  Ngenis  atau  cucu  Ki  Ageng  Selo  tokoh ulama  besar  dari  Selo  kabupaten  Grobogan.

1577 M
Peristiwa;
Ki  Ageng  Pemanahan  membangun  istananya  di  Pasargede  atau Kotagede.  Selama  menjadi  penguasa  Mataram  ia  tetap  setia  pada Sultan  Pajang.

1584 M
Peristiwa;       
Beliau meninggal dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Kotagede. Sultan Pajang kemudian mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan  sebagai  penguasa  baru  di  Mataram.  Sutawijaya  juga disebut Ngabei Loring Pasar karena rumahnya di sebelah utara pasar. Berbeda dengan ayahnya, Sutawijaya tidak mau tunduk pada Sultan Pajang.  Ia  ingin  memiliki  daerah  kekuasaan  sendiri  bahkan  ingin menjadi raja di seluruh Pulau Jawa.

1588 M
Peristiwa;       
Mataram  menjadi  kerajaan  dengan  Sutawijaya  sebagai  Sultan bergelar  Senapati Ingalaga  Sayidin  Panatagama.  Artinya Panglima  Perang  dan  Ulama  Pengatur  Kehidupan  Beragama, dengan  wilayah  pemerintahan  seluruh  jawa.

1601 M
Peristiwa;       
Panembahan  Senapati  wafat  dan  digantikan  putranya,  Mas  Jolang yang  kemudian  dikenal  sebagai  Panembahan  Seda  ing  Krapyak.

1613 M
Peristiwa;       
Mas  Jolang  wafat  kemudian  digantikan  oleh  Pangeran  Arya Martapura.  Tetapi  karena  sering  sakit  kemudian  digantikan  oleh kakaknya  Raden  Mas  Rangsang  yang  bergelar Sultan  Agung Senapati  Ingalaga  Abdurrahman  dan  juga  terkenal  dengan sebutan  Prabu  Pandita  Hanyakrakusuma.  Pada  masa  Sultan Agung  kerajaan  Mataram  mengalami puncak perkembangan pada  kehidupan politik, militer, kesenian,  kesusastraan, dan keagamaan. Ilmu  pengetahuan  seperti  hukum,  filsafat,  dan astronomi  juga  dipelajari.

1645 M
Peristiwa;       
Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Amangkurat I. Setelah wafatnya Sultan Agung, kerajaan Mataram mengalami kemunduran


1726 M
Peristiwa;       
Keraton Surakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang raja, bernama Sri Susuhunan Paku Buwono II ( PB II ). Pada saat pemerintahan beliaulah terjadi pertentangan dengan Pengeran Mangkunegoro, dan akhirnya  pangeran  dibuang  ke  Sri  Lanka  dan  Afrika  Selatan.  Apa yang terjadi dengan Sang Pangeran tersebut ternyata membuahkan dendam terhadap putranya Sang Pangeran, Raden Mas Sahid.

1740 M
Peristiwa;       
Terjadi pemberontakan oleh kaum keturunan Cina, dan pemberontak berhasil  menguasai  keraton  Kartasura,  pasukan  keraton  dan  PB  II melarikan  diri  ke  Ponorogo.  Dengan  meminta  bantuan  VOC, pemberontak berhasil dikalahkan.
1745 M
Peristiwa;       
Beliau memerintahkan untuk mencari daerah baru yang bisa dijadikan Pusat pemerintahannya yang baru. Pada akhirnya dipilihlah daerah dusun  Sala  (Solo),  daerah  tersebut  teletak  di  sebelah  barat  sungai paling panjang di pulau jawa yaitu Bengawan Solo, dan pada akhirnya nama daerah tersebut diganti menjadi Surakarta Hadiningrat.

1746 M
Peristiwa;       
Pemerintahan PB II banyak menghadapi pemberontakan, diantaranya adalah pemberontakan oleh Pangeran Mangkubumi yang tidak puas atas putusan penyerahan wilayah kepada VOC karena balas budinya menumpas pemberotakan Sunan Kuning. Sementara itu Raden Mas Sahid  juga  memperhebat  perlawanan  terhadap  prajurit  dari  PB  II. Pangeran Mangkubumi yang kelak di kemudian hari akan bertahta di Yogyakarta, dengan gelar Hamengkubuwono.

1749 M
Peristiwa;       
Paku Buwono II wafat, dan kedudukannya digantikan oleh putranya dengan gelar Paku Buwono III (PB III).

1755 M
Peristiwa;       
Dilaksanakan Perjanjian Gianti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, Kesultanan Yogyakarta  dengan raja bergelar Sultan Hamengku Buwono  dan Kesunanan Surakarta dengan raja bergelar Paku  Buwana.

1757 M
Peristiwa;       
Diadakan perjanjian di Salatiga yang melahirkan ketetapan bahwa Raden  Mas  Sahid  berhak  untuk  menduduki  jabatan  Adipadi di Mangkunegaran, dengan gelar Mangkunegaran I. Dengan kata lain, Surakarta juga dibagi menjadi dua bagian yaitu daerah Kasunanan Surakarta dan daerah Mangkunegaran.